Selasa, 05 Januari 2010

CERPENKU

Derai Hujan Tercipta Cinta

Pagi hari mendung, petir yang menghujam, itulah suasana pagi saat itu. Bertepatan di hari jumat kala itu. Seorang pemuda yang bernama Sam terbangun dari tidur nyenyaknya di saat pagi yang menakutkan tersebut. Merasa dirinya selolah tidak percaya dengan keaadan di pagi itu.
Sam seorang anak tunggal dari sebuah keluarga yang sederhana dan tinggal di sebuah rumah warisan kecil dibilangan Menteng, meski tinggal di daerah yang terdengar elit tapi tidak bagi keluarganya. Sam seorang pemuda berbadan sedikit gempal, dengan tinggi yang tidak lebih dari 170cm, memiliki rambut ikal, kulit sawo matang tetapi sedikit gelap dan satu – satunya anak yang dimiliki oleh kedua orang tuanya. Sam seorang pelajar kelas XI jurusan IPS sekolah menengah atas yang cukup digemari masyarakat, sekolah yang tidak terlalu besar ukurannya tetapi banyak kenangan ditempat itu.
Sam. Sebuah nama yang cukup singkat dan cukup gampang untuk dihafal, ia mempunyai banyak impian dihidupnya, termasuk mempunyai pujaan hatinya yang belum pernah dirasakan olehnya.
Tersentak ia bergegas ke kamar mandi untuk segera pergi ke sekolah . Sam siap pergi kesekolah dengan cuaca yang buruk dan kondisi mengantuk. Mungkin hari ini akan menjadi hari yang cukup sulit baginya dilihat dari hujan yang mengguyur bak awal dari sebuah tragedy. Sam berjalan ke sebuah halte bus yang telah dipadati orang yang siap untuk bekerja di hari itu, dan orang – orang yang bernasib sama seperti Sam.
Tak kunjung datang bus yang akan ditumpanginya, lalu ia memutuskan untuk menaiki sebuah kendaraan roda tiga khas kota Jakarta yang disebut, bajaj. Meski kantong pas – pasan dengan uang jajan yang tak diharapkan oleh siswa sebayanya. Sam pun tiba disekolah, sekolah yang tidak terlalu besar tetapi besar harapan siswa – siswi tersebut untuk menjadi “seseorang” dimkala lulus nanti.
Entah kenapa sekolah terasa sepi, Sam terasa berjalan di sebuah kota yang tak dihuni. Padahal sudah jam 07.30 WIB, terlihat pada jam tangan mungil dari tangan kiri Sam. Mungkinkah hari ini libur? Ataukah Sam yang terlambat? Memang. Terlihat sunyi di awal senja itu.
Sam pun pergi ke kelas untuk meyakinkan dirinya terhadap semua dugaan tersebut. “Huff…”, Sam menghela nafas panjang. Semua dugaannya terjawab sudah. Siswa atau teman – teman di kelas Sam baru Nampak 13 orang dan ruangan kelas yang berdaya tamping 40 orang terlihat lengang. Bangku kelas yang masih tersusun rapi dengan meja yang kekar tapi kosong melompong tanpa selembar kertas ataupun sebuah buku, yang pertanda pelajaran belum dimulai sedangkan murid yang sudah terisi penuh tanpa jasadnya menunggu kedatangan seorang pengajar yang sangat dirindukan oleh para siswa – siswi.
Sam menaruh tasnya di bangku yang buasa ia duduki. Sebuah bangku yang terletak di bagian pojok dan baris ke-3, posisi yang sanga menguntungkan untuk mencontek disaat ulangan . Mungkin Sam beruntung karena telah mendapat posisi bangku seperti itu, meskipun begitu tetap saja nilai ulangan Sam belum menunjukan angka yang signifikan.
Sam pun terdiam mengarungi nasib yang tidak iris tetapi ia sangak memikirkannya, mungkin memang terbawa suasana. Seorag teman Sam bernama Lady menyapanya yang membuat memecahkan kesunyian pada diri Sam saat itu. “Hai Sam”, Lady menyapa Sam. Lalu Sam pun kembali membalas sapaan manisnya yang duduk tepat menyerong dari tempat duduk Sam. “Hai jg Lady”, “lagi pada bolos ya?” Tanya Sam. “Mungkin mereka lagi pada kejebak hujan Sam”. Jawab Lady. “termasuk Bapak dan Ibu Guru Lad”, Sam kembali bertanya. “apa yang kamu lath disini hanya ada itu saja”, Lady kembali menjawab. Sebuah kondisi yang sangat tidak diharapkan oleh calon penerus bangsa, yang mempunyai semangat tinggi untuk belajar, namun tiada gurunya.
Sedikit memperkenalkan Lady. Lady seorang wanita sebaya dengan Sam, yang berpenampilan sederhana tetapi tetap erlihat feminim dangan kacamata biru tidak terlalu tebal, berambut lurus dengan adanya kuncir, dan kedua lesung pipitnya di pipi yang membuat Lady terlihat manis. Mungkin teman – teman sekelas Sam dan termasuk Sam sendiri tidak terlalu peka dengan penampilannya. Mungkin sebuah kerugian bagi yang tidak menyadari akan hal tersebut.
Setelah mengobrol sedikit dengan Lady dan memang Sam juga belum terlalu akrab dengannya. Setelah sekian menit menunggu ke-14 orang tersebut akhirnya teman – teman Sam juga telah berdatangan dengan pakaian yang basah dan menggunakan sandal, terlihat para siswa yang cukup baik penampilannya. Tak lama kemudian seorang wanita lebih tua dari murid yang ada dikelas Sam menghampiri ruangan kelas, ternyata itu guru bahasa Inggris yang akan mengajar di kelas Sam. Seorang guru yang menjadi panutan bagi para siswanya. Guru itu pun masuk ke kels dengan pakaian yang tidak dari biasanya. Ya, beberapa akibat lagin dari guyuran hujan deras ini.
Pelajaran dimulai, uasana kelas yang cukup hening ditemani suara gemericik air dari luar dan udara yang dingin. Setelah belajar cukup serius dengan semua situasi dan kondisi pada hari ini, tak terasa bel yang memekakkan telinga berbunyi seolah memberitahukan bahwa jam pelajaran telah habis. Seolah merasa kecewa tetapi berharap, itulah maksud dari perasaan siswa – siswi tersebut, walau suasana yang tidak baik dan siswa yang tidak terlalu padat jumlahnya. Ya, dikarenakan pada hari itu bertepatan dengan acara LDKS di luar kota Jakarta yang diikuti oleh para calon pemimpin osis baru, jadi wajar bila para siswa da guru agak sedikit berbeda dalam proses belajar karena selain jumlah warga sekola yang hilang pada hari itu, jg dikarenakan cuaca yang tidak bersahabat.
Bel masuk pun berdering, tanda kegiatan belajar mengajar kembali di jalani para siswa. Meski situasi dan kondisiny seperti ini, tetapi tidakmpula dipungkiri. Guru dan siswa merasakan kejenuhan yang tidakm pernah ia rasakan saat proses belajar dan berakhir menjadi jam kosong. Bukan Cuma di kelas Sam yang seperti ini tapi telah menular ke kelas – kelas lain dan membuat hari itu menjadi tidak jelas dalam proses belajar mengajar.
Seiring dengan kondisi sekolah yang seperti ini, lambat laun waktu yang tiada henti memisahkan siswa dengan bangunan gedung ini. Sam terasa senang bercampur sedih. Senang karena pada hari itu bisa pulang lebih awal untuk beristirahat dan sedih karena hujan yang lebat menghambat semua rasa senangnya itu. Memaksa Sam harus rela betah menetap di sekolah hingga cuaca bersahabat kembali.
Hujan pun kian deras, seolah waktu yang tak pernah berhenti, kini pupus sudah harapan Sam untuk beristirahat dirumah. Namun Sam tak tinggal diam, dia segera menuju ke kantin untuk menyantap makan siang dan sembari beristirahat karena terlalu lelah melihat hujan yang tak kunjung reda. Sam menyantap makanan dengan penuh rasa balas dendam karena cuaca yang dingin meski badan tertutup seater tebal tak membuat perutnya terasa kenyang. Ditemani segelas teh hangat yang membuat panas tenggorokan di cuaca dingin di hari itu.
Tak terasa ada sesuatu yang bergetar dari saku celana Sam, ternyata itu adalah telepon genggam miliknya yang belum lama dibeli dengan harga yang terjangkau. Sam pun sedikit terkejut melihat kontakm penelepon itu, yaitu ibunya. “halo”, jawab Sam. “Sam ini Ibu, Ibu mau kamu lekas pulang”. Jawab ibunya. “ada apa Bu?”, balas Sam. “Ibu teringat rumah kita yang rawan banjir nak, kamu cepat pulang ya, ibu masih sampai sore dikantor”, jawab Ibu Sam. “oohh.. baik kalau begitu bu” Sam menuruti perintah Ibunya dan bergegas untuk pulang kerumah meski badai kecil ini kian menunjukan kelasnya.
Sam berjalan mengarungi hujan yang lebat dan tak berpikir untuk berteduh ataupun menunda untuk tidak pulang secepatnya.karena ia tahu apa yang dikatakan Ibunya itu benar adanya, “daripada rumahku menjadi seperti rumah lautan”, gerutuh Sam. Dengan semangat dan keinginan yang kuat ia pun terus berjalan kerumahnya dengan waktu yang tidak seperti biasanya dan dengan keadaan dingin, basah, dan banjir. Ya, sebuah citra buruk dari kota Jakarta.
Disaat itulah Sam merasakan sesuatu yang belum pernah merasakan dan belum pernah terpikirkan sebelumnya. Ya, perasaan yang pasti dimiliki oleh semua kaum. Baik wanita maupun pria.
Disinilah Sam mulai merasa ketertarikannya dengan wanita sederhana bernama lady itu. Sehari setelah kejadian yang membuat Sam dan mungkin seluruh warga Jakarta itu menjadi berang, Sam pun meminta nomor handphone Lady tersebut. Dan Lady pun memberikannya, pertanda sinyal baik untuk Sam terhadap Lady.
Seterusnya Sam memberanikan diri untuk sms Lady pada malam hari, bertolak belakang dengan aktivitasnya disekolah terhadap Lady. Ya, di sekolah sam tidak mampu mengobrol khalayak teman – teman biasanya kepada Lady. Sam hanya mampu melihat dan mencuri – curi pandang kepada Lady dan sesekali bertegur sapa terhadapnya. Lady pun jg termasuk wanita pemalu yang belum peka terhadap masalah percintaan. Mungkin Sam terbilang payah atau lebih tepatnya belum berani untuk sekedar mengobrol ataupun memulai PDKT. Sam pada saat ini hanya mampu dan berani melakukan PDKT melalui sms.
Sam bercerita kepada teman wanitanya seputar ketertarikannya terhadap Lady. Teman Sam pun memberikan siasat kepada Sam untuk segera berbicara dan mengeluarkan seluruh isi hati Sam kepada Lady. Karena terlihat Lady pun juga merespon atau berperasaan sama terhadap Sam.
Sam mulai merasa percaya diri, karena dukungan dari temannya itu. Karen Sam belum berani berbicara langsung dan mengeluarkan isi hati Sam. Akhirnya, Sam berinisiatif untuk membicaakan hal itu kepada Lady melalui telepon genggam kepunyaannya. Malam yang indah, semoga seindah yang Sam harapkan.
Sam mencari kontak Lady di hpnya. “halo”, terdengar suara Lady dari telepon genggam Sam. “halo Lad, gw ganggu lo gak?” jawab Sam. “Nggak ganggu kok Sam, tumben malam – malam ginin nelvon gw?”, sentak Lady. “ada yang ingin gw omongin sama lo tentang perasaan gw salama ini sama lo”, Sam langsung menembak Lady. “ooohhhh…”, Lady seakan kaget kepada Sam. “gni Lid, sebenernya gw mau ngomong masalah ini sama lo kemaren, tapi hp lo gak aktif, jadi gw berinisiatif sekarang ngmongnya”, Sam memulai. Lady terasa sedikit tegang akan awal pembicaraan Sam tersebut. “iya, ngmong aja Sam, ada apa si?”, sahut Lady. “gw saying sama lo Lad, gw suka sama lo Lad, meskipun gw tau ini terlalu cepat untuk lo”, Sam meracau. Lady seakan tak kuasa mendengar ucapan Sam. “bias gak kita mempunyai hubungan lebih dari temen”? Sam kembali membuat Lady tegang. Setelah sedikit menungu jawaban dari Lady, Sam tegang dengan semua kucuran keringatnya. “sorry Sam, gw gak bias untuk jadi cwe lo saat ini”, Lady menjawab. Sam sperti d hantam peluru kera saat itu. “kenapa Lad?”, Sam bertanya. “karena gw sebentar lagi ingin punya kekasih yang dari dulu gw idamkan, dang w gak mau keilangan dy”, Lady beralasan. Sam tertunduk, meratapi kesedihan hatinya. “gpp Lad, gw ngerti lo kok, makasih yaa”. Sam langsung menutup telepon genggam miliknya.
Setelah kejadian itu Sam terlihat sering melamun dan sesekali tertawa bersama tmen – temannya, yang tidak tahu rasa hati Sam saat itu..
Saat ini Sam telah menjadi seorang pria yang sudah berani terhadap dunia percintaa, dan lebih selektif lagi mencari dambaan hatinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar